
robantv.co.idIBATANG — Setiap tanggal 8 April, masyarakat Batang memperingati momen penting yang sarat makna: Hari Kembalinya Kabupaten Batang. Tahun ini, 8 April 2025, menjadi peringatan ke-59 sejak kabupaten ini kembali berdiri sebagai daerah otonom setelah melewati perjalanan panjang penuh dinamika sejarah.
Namun, mungkin banyak yang bertanya: Mengapa disebut “kembalinya” dan bukan “berdirinya”?
Jawabannya ada dalam lembaran sejarah yang panjang. Kabupaten Batang sejatinya telah berdiri jauh sebelum tahun 1966, tepatnya pada tahun 1614 Masehi, pada masa pemerintahan Mataram Islam di bawah Sultan Agung Hanyakrakusuma. Namun dalam perjalanan sejarah, Batang pernah mengalami masa dihapuskan sebagai wilayah administratif tersendiri dan digabungkan dengan Kabupaten Pekalongan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda. Sehingga tanggal 8 April 1966 dikenang bukan sebagai berdirinya, melainkan kembalinya Kabupaten Batang.
Tiga Fase Sejarah Panjang Kabupaten Batang
Fase Pertama: Berdirinya Kadipaten Batang (1614–1935)
Jejak Batang sebagai pemerintahan mandiri dimulai dari tahun 1614, ketika Pangeran Mandurorejo mendirikan Kadipaten Batang dan menjadi Adipati pertamanya. Hanya delapan tahun kemudian, pada 1622, beliau mendirikan Kadipaten Pekalongan dan menyerahkan kepemimpinan Batang kepada saudaranya, Pangeran Uposonto.
Sejak itu, Batang terus berlanjut sebagai wilayah berdaulat di bawah berbagai kekuasaan, mulai dari Mataram Islam, VOC, hingga Hindia Belanda. Dalam kurun 321 tahun, Batang dipimpin oleh 23 Adipati dan Bupati, termasuk tokoh-tokoh seperti Sri Ratu Batang—putri dari Pangeran Uposonto yang dipersunting Sultan Agung.
Namun, lembaran panjang ini sementara harus terhenti pada 31 Desember 1935. Melalui Staatblad Nomor 732 Tahun 1935, pemerintah kolonial Hindia Belanda menghapus status Kabupaten Batang dan menggabungkannya dengan Kabupaten Pekalongan dengan alasan “efisiensi administrasi”.
Fase Kedua: Perjuangan Mengembalikan Kabupaten Batang (1936–1966)
Penggabungan ini tidak serta merta diterima oleh masyarakat Batang. Rasa kecewa dan semangat untuk kembali menjadi daerah otonom terus membara, meski ruang gerak kala itu sangat terbatas di bawah tekanan kolonial.
Semangat tersebut menemukan titik terang di masa kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1946, ide untuk menuntut kembali eksistensi Kabupaten Batang mulai menguat. Tokoh seperti Pak Mohari dalam Sidang KNI Daerah di Batang mulai menyuarakan aspirasi ini.
Selanjutnya, upaya perjuangan makin terstruktur dengan dibentuknya Panitia Pengembalian Kabupaten Batang pada tahun 1952. Panitia ini dipimpin oleh RM Mandojo Dewono, dengan dukungan tokoh-tokoh penting seperti R. Abutalkah dan R. Soedijono.
Dalam kurun waktu 1952–1965, panitia ini tanpa lelah mengirimkan berbagai delegasi ke pemerintah pusat dan daerah, mengajukan tuntutan resmi kepada Presiden Soekarno, Menteri Dalam Negeri, hingga Gubernur Jawa Tengah. Delegasi demi delegasi bertolak ke Jakarta, membawa semangat masyarakat Batang untuk kembali berdiri di atas kakinya sendiri.
Puncaknya terjadi pada tahun 1965, ketika Rancangan Undang-Undang Pembentukan Kabupaten Batang disetujui dalam Sidang Paripurna DPR-GR dan diresmikan melalui UU Nomor 9 Tahun 1965. Namun karena suasana nasional kala itu tengah dilanda prahara Gerakan 30 September (G30S), implementasi keputusan ini baru berjalan penuh setahun kemudian.
Fase Ketiga: Kembalinya Kabupaten Batang (8 April 1966 – Sekarang)
Tibalah saat yang dinanti. Pada Jumat Kliwon, 8 April 1966, bertempat di tengah suasana khidmat, Kabupaten Batang dideklarasikan kembali sebagai kabupaten yang berdiri sendiri. Upacara bersejarah itu dihadiri langsung oleh Gubernur Jawa Tengah Brigjen (Tit) KKO-AL Mochtar, menandai awal baru dalam perjalanan panjang Kabupaten Batang.
R. Sadi Poerwopranoto dilantik sebagai Bupati pertama fase ketiga ini. Sejak itu, estafet kepemimpinan terus bergulir, melahirkan sederet pemimpin yang membangun Batang hingga menjadi seperti sekarang. Mulai dari R. Harjo Pradjodirdjo, Drs. Soejitno, hingga pemimpin saat ini H. M. Faiz Kurniawan, SH., MH. bersama Wakil Bupati H. Suyono, S.IP., M.Si.
Sebuah Perjalanan Panjang yang Perlu Dihargai
Hari Kembalinya Kabupaten Batang adalah momentum untuk mengenang, merenungkan, dan mengambil pelajaran dari semangat perjuangan masa lalu. Masyarakat Batang hari ini menikmati hasil jerih payah para tokoh dan rakyat yang berjuang tanpa lelah demi mengembalikan jati diri daerahnya.
Perjalanan sejarah ini juga menjadi pengingat bahwa kedaulatan, identitas, dan pembangunan suatu daerah bukanlah sesuatu yang datang secara instan. Ia lahir dari semangat kolektif, kerja keras, dan keyakinan bahwa masa depan yang lebih baik adalah hak setiap anak bangsa.
Selamat memperingati Hari Kembalinya Kabupaten Batang ke-59. Semoga semangat perjuangan ini terus menginspirasi pembangunan Batang menuju masa depan yang lebih maju, sejahtera, dan bermartabat. (disarikan dari Tim Ekspedisi Sejarah Batang/Hamdi)