ROBANTV.CO.ID I JAKARTA – Layanan Trans Banjarbakula yang ekonomis, mudah, aman, dan nyaman merupakan fondasi penting untuk mendorong peralihan masyarakat dari kendaraan pribadi menuju transportasi umum yang lebih efisien.
Banjarbakula: Kawasan Aglomerasi yang Terus Bertumbuh
Kawasan Banjarbakula—yang meliputi Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, dan Kabupaten Tanah Laut—tengah berkembang sebagai pusat aktivitas yang dinamis di Provinsi Kalimantan Selatan. Dari kota seribu sungai hingga wilayah penyangga di sekitarnya, kebutuhan mobilitas yang cepat, aman, dan terjangkau semakin mendesak seiring meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitas perkotaan.
Dengan luas 1.281.207 hektar serta jumlah penduduk 2.238.840 jiwa (2024) yang terus bertambah, kebutuhan transportasi perkotaan menjadi semakin krusial. Untuk menjawab tantangan tersebut, sejak tahun 2021 Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Darat menginisiasi penataan angkutan umum di Banjarbakula melalui program Buy The Service (BTS).
Layanan Murah dan Terjangkau untuk Mobilitas Warga
Sebelum ada BTS, tarif angkutan umum berkisar Rp 15.000 – Rp 25.000 tanpa fasilitas pendingin. Kini, tarif Trans Banjarbakula hanya Rp 5.000 (dan Rp 2.000 untuk pelajar/mahasiswa). Dengan 75 armada yang beroperasi, layanan ini melayani 4 koridor strategis:
Terminal Gambut Barakat – Taman Siring 0 KM Banjarmasin (37,12 km)
Terminal Gambut Barakat – Banjarbaru – Martapura (87,27 km)
Terminal Induk KM 6 Banjarmasin – Anjir Muara Barito Kuala (56,25 km)
Terminal Gambut Barakat – Terminal Sumarsono Pelaihari (85,25 km)
Warga kini dapat bepergian jauh dengan biaya sangat terjangkau, misalnya dari Banjarmasin menuju Pelaihari, Martapura, atau Anjir Muara.
Integrasi Antarwilayah dan Simpul Transportasi
Trans Banjarbakula juga terhubung dengan simpul-simpul transportasi penting seperti:
Terminal Tipe A Gambut Barakat
Terminal Tipe B KM 6
Terminal Tipe C Sumarsono (Pelaihari)
Terminal Tipe C Banjarbaru
Angkutan sungai di Taman Siring KM 0 Banjarmasin
Layanan ini telah mempermudah mobilitas masyarakat sekaligus memperkuat konektivitas wilayah aglomerasi Banjarbakula.
Pengelolaan Resmi oleh Provinsi Kalimantan Selatan
Sejak Mei 2024, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan secara resmi mengambil alih pengelolaan Trans Banjarbakula. Langkah ini menunjukkan komitmen kuat dalam menghadirkan layanan angkutan umum yang selaras dengan amanat UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Dengan semakin banyak warga yang beralih ke angkutan umum, kontribusi terhadap pengurangan kemacetan dan peningkatan kualitas lingkungan semakin terasa.
Sejalan dengan Janji Gubernur dan Skema Sharing Pembiayaan
Visi pasangan gubernur dan wakil gubernur Kalsel terpilih 2024–2029, H. Muhidin dan Hasnuryadi Sulaiman, yakni menghadirkan transportasi publik hingga pelosok daerah, sejalan dengan keberadaan Trans Banjarbakula.
Pembiayaan operasional sistem ini dilakukan melalui skema sharing berdasarkan panjang lintasan di wilayah masing-masing:
Kota Banjarbaru – 29% (46,95 km)
Kabupaten Banjar – 25% (40,85 km)
Kota Banjarmasin – 20% (33,32 km)
Kabupaten Tanah Laut – 15% (24,35 km)
Kabupaten Barito Kuala – 11% (17,24 km)
Mulai 1 Mei 2025, pengoperasian dilakukan secara mandiri oleh Pemprov Kalsel, sementara feeder dikelola kabupaten/kota melalui layanan seperti Trans Banjarbaru Juara, Trans Banjarmasin, Trans Intan Banjar, dan Lakatan Tanah Laut.
Total subsidi tahun 2025 mencapai Rp 70 miliar, dengan porsi terbesar (51%) ditanggung Pemprov Kalsel.
Dari Kondisi Angkutan Lama ke Sistem Modern
Sebelum hadirnya Trans Banjarbakula, layanan angkutan kota menghadapi banyak persoalan: setoran harian, kendaraan tua >20 tahun, tanpa AC, rute tumpang tindih, operasi tidak terjadwal, sering berhenti sembarangan, hingga inflasi tinggi akibat biaya transportasi yang besar.
Hal yang sama terjadi pada angkutan feeder: tarif mahal, tidak diminati pelajar, jadwal tidak pasti, hingga perpindahan besar-besaran ke kendaraan pribadi.
Kini, Trans Banjarbakula hadir dengan standar yang jauh lebih baik: rute terjadwal, pembayaran non-tunai (e-money atau QRIS), operasi sesuai SOP, kendaraan layak, aman, dan nyaman. Meski demikian, masih diperlukan penambahan halte serta edukasi mengenai sistem pembayaran nontunai.
Menginspirasi Daerah Lain di Kalimantan Selatan
Keberhasilan Trans Banjarbakula menginspirasi pembentukan layanan transportasi aglomerasi lain, seperti:
Klaster Banua Anam (Tabalong, Balangan, HST, HSU, HSS, Tapin)
Klaster Saijaan Sujud (Tanah Bumbu, Kotabaru)
Beberapa layanan bahkan sudah beroperasi, seperti Trans Sanggam (Balangan) dan Trans Langsat Manis (Tabalong).
Penulis: Djoko Setijowarno
Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata
Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah
Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat


Komentar