Polri RobanTV
Beranda / RobanTV / Polri Ungkap Modus Propaganda Terorisme yang Menyasar Pelajar‎

Polri Ungkap Modus Propaganda Terorisme yang Menyasar Pelajar‎

5f3a2811f8680cd18b692ca4581e0885

ROBANTV.CO.ID | JAKARTA – Polri mengungkap pola baru penyebaran propaganda terorisme yang kini menyasar anak dan pelajar melalui platform digital. Densus 88 Antiteror mencatat sedikitnya 110 anak berusia 10–18 tahun di 23 provinsi telah terpapar dan diduga direkrut jaringan teror.

‎Pola perekrutan berlangsung secara bertahap. Pada fase awal, pelaku menggunakan platform terbuka seperti Facebook, Instagram, hingga game online untuk menjangkau korban. Konten propaganda sengaja dikemas dalam bentuk video pendek, animasi, meme, dan musik agar tampak menarik bagi anak-anak.

‎Setelah membangun kedekatan, perekrut beralih ke komunikasi tertutup melalui aplikasi WhatsApp dan Telegram. Dari ruang percakapan inilah doktrinasi dilakukan secara intensif.

‎Polri menilai sejumlah faktor turut membuat anak rentan menjadi target, antara lain perundungan (bullying), minimnya perhatian keluarga, kondisi broken home, hingga krisis identitas yang umum terjadi pada remaja. Rendahnya literasi digital dan pemahaman keagamaan juga memperbesar celah penyebaran paham radikal.

‎Densus 88 telah menangkap lima tersangka dewasa yang diduga berperan sebagai perekrut dan pengendali komunikasi. Sementara itu, penyelidikan masih terus berkembang untuk menelusuri jaringan lain yang terlibat.

‎Selain langkah penegakan hukum, Polri menyiapkan sejumlah upaya pencegahan. Sekolah diminta memperkuat literasi digital, sementara orang tua diimbau lebih aktif memantau aktivitas anak di internet. Kolaborasi dengan tokoh agama dan komunitas lokal juga dianggap penting untuk membentuk narasi kontra-propaganda.

‎Di sisi lain, publik menunjukkan reaksi beragam. Sebagian orang tua di media sosial menyatakan kecemasan karena propaganda kini menyusup melalui gim dan platform yang akrab dengan anak. Ada pula desakan agar pemerintah memperketat pengawasan terhadap penyedia platform digital yang dinilai lamban memblokir konten radikal.

‎Polri memastikan pemantauan ruang digital akan diperluas. Operasi siber juga ditingkatkan untuk membongkar jaringan internasional yang memasok materi propaganda ke Indonesia.

‎Upaya kontra-radikalisasi ini, menurut Polri, hanya bisa efektif jika melibatkan keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah secara bersamaan. (*)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Profil | Redaksi | Pedoman Media Siber | Perlindungan Profesi Wartawan | Kode Etik Jurnalistik | Kebijakan Privasi