Robantv.co.idISolo—Sebuah video viral di media sosial menunjukkan peristiwa menarik yang terjadi saat karnaval budaya Grebeg Sudiro, Minggu (26/1).
Dalam video yang diunggah akun Instagram @mlampahsolo, seorang penjual telur gulung diduga menaikkan harga dagangannya secara tidak wajar ketika dibeli oleh Wali Kota Solo, Teguh Prakosa.
Penjual tersebut mengklaim bahwa total dagangan telur gulung yang habis diborong mencapai 80 cup dengan nilai Rp800 ribu. Peristiwa ini pun menjadi perbincangan publik karena jumlah dan harga yang disebutkan dirasa tidak masuk akal.
Dalam video, terlihat sang penjual berada di barisan depan karnaval menawarkan dagangannya kepada Wali Kota. Setelah Wali Kota menyetujui untuk membeli seluruh telur gulung, warga yang hadir langsung mengambil telur tersebut hingga bakulannya kosong.
Namun, permasalahan muncul saat penjual mengaku bahwa pembayaran dari utusan Wali Kota kurang. Ia menyebut dagangannya bernilai Rp800 ribu karena berjumlah 80 cup, dengan harga satu cup Rp10 ribu.
“Ini 80 biji, 800 ribu. Ini 80 biji, bos. Hitung dulu bos, saya sumpah nggak bohong,” ucap pedagang dalam video tersebut.
Pernyataan tersebut membuat sang pembawa acara di panggung terkejut. Ia mencoba menghitung jumlah dagangan penjual berdasarkan nampan yang terlihat di bakulannya.
Hasil perhitungan menunjukkan jumlah totalnya tidak mencapai 50 cup, meskipun telur gulung itu ditumpuk.
Netizen pun ikut memberikan komentar terkait jumlah dagangan tersebut.
Salah satu pengguna Instagram dengan akun @dhieka.ri*** menghitung ulang berdasarkan video dan menyebutkan bahwa jumlah total telur gulung kemungkinan hanya mencapai 52 cup, sehingga harga totalnya seharusnya Rp520 ribu, bukan Rp800 ribu.
“Setelah tak hitung, yang bawah 7×3 = 21, terus deretan saus 4 jadi total 25. Deretan kedua di sela-sela isi 6×3 = 18. Tambahan tumpukan di atas 9 kira-kira jadi 25+18+9 = 52 x 10 ribu. Jadi Rp520 ribu.
Kalau Rp800 ribu berarti Anda bohong, Pak. Sampai sumpah segala,” tulis netizen tersebut.
Peristiwa ini pun memicu perdebatan di media sosial, dengan banyak orang menyayangkan dugaan ajimumpung yang dilakukan oleh penjual. Di sisi lain, ada juga yang mencoba memahami situasi, mengingat suasana ramai karnaval yang mungkin memengaruhi komunikasi dan perhitungan.
Sebagai informasi, Grebeg Sudiro merupakan acara tahunan yang digelar untuk merayakan Imlek bersama warga Kampung Sudiroprajan, pedagang Pasar Gede, dan elemen masyarakat Solo lainnya. Karnaval budaya ini menjadi simbol kerukunan antara berbagai komunitas di Kota Solo.
Kejadian ini pun menjadi perhatian publik, mengingat acara tersebut semestinya menjadi momentum kebersamaan dan sukacita. Netizen berharap agar ke depan tidak ada lagi kejadian serupa yang mencoreng semangat kebersamaan dalam acara budaya semacam ini. (Hamdi)