RobanTV.co.id, Jakarta – Di balik tembok tinggi dan gerbang besi Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Cipinang, suasana hangat menyambut langkah puluhan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Pada Selasa (28/10), mereka datang bukan sekadar untuk melihat, tetapi untuk belajar tentang kehidupan — tentang bagaimana manusia dibina, bukan dihakimi; dibangkitkan, bukan ditinggalkan.
Kunjungan ini menjadi ruang perjumpaan antara dunia akademik dan praktik nyata Pemasyarakatan. Para mahasiswa diajak memahami langsung dinamika pembinaan Warga Binaan, menyaksikan bahwa di balik tembok Lapas, ada proses panjang pemulihan dan rekonstruksi nilai kemanusiaan.
Rombongan disambut oleh Kepala Bidang Pembinaan, Iwan Setiawan, yang diwakili Kepala Lapas Kelas I Cipinang, Wachid Wibowo. Dalam sambutannya, Iwan menegaskan bahwa Lapas Cipinang terbuka menjadi ruang kolaborasi lintas sektor, terutama bagi akademisi dan peneliti sosial yang ingin memperdalam pemahaman tentang sistem pembinaan berbasis kemanusiaan.
“Kami percaya bahwa sinergi antara akademisi dan praktisi sangat penting untuk memperkuat pendekatan pembinaan yang humanis dan berbasis ilmu pengetahuan. Lapas bukan hanya tempat menjalani hukuman, tetapi juga ruang pemulihan dan pembelajaran sosial,” tegas Iwan.
Rombongan mahasiswa yang dipimpin oleh Dosen Abdul Rachman Hamid mengikuti sesi diskusi interaktif, presentasi, serta observasi langsung ke beberapa area pembinaan kepribadian dan kemandirian. Abdul Rachman menyampaikan apresiasi atas kesempatan yang diberikan.
“Kunjungan ini memberikan pengalaman empiris yang sangat berharga. Kami ingin mahasiswa memahami bahwa dunia Pemasyarakatan adalah bagian penting dari struktur sosial — lembaga yang menjalankan fungsi rehabilitasi dan reintegrasi, bukan sekadar hukuman,” tuturnya.
Salah satu mahasiswa peserta, Aulia Zamzami, mengaku mendapatkan pengalaman batin yang kuat setelah mengikuti kegiatan ini. “Saya sangat terinspirasi melihat bagaimana Warga Binaan dibina dengan pendekatan yang manusiawi dan terarah. Kunjungan ini membuka mata saya bahwa Pemasyarakatan adalah ruang harapan, tempat manusia diberi kesempatan kedua,” ungkapnya.
Kegiatan ini menjadi wujud nyata pelaksanaan nilai PRIMA (Profesional, Responsif, Integritas, Modern, dan Akuntabel), sekaligus mendukung implementasi 13 Program Akselerasi Pemasyarakatan yang dicanangkan oleh Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, Agus Andrianto.
Melalui kemitraan dengan dunia pendidikan, Lapas Cipinang terus memperkuat perannya sebagai laboratorium sosial pembinaan, tempat di mana ilmu, empati, dan kemanusiaan bertemu untuk menumbuhkan generasi yang sadar, tangguh, dan berjiwa pengabdian.( Ragil).
