Nasional Regional
Beranda / Regional / Krisis Internal Memanas, Syuriyah Ultimatum Gus Yahya Mundur dari Kursi Ketua PBNU

Krisis Internal Memanas, Syuriyah Ultimatum Gus Yahya Mundur dari Kursi Ketua PBNU

Pbnu gus yahya
Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya | foto: Istimewa

Robantv.co.id | Jakarta – Ketegangan di tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memasuki babak baru setelah Syuriyah PBNU mengeluarkan risalah resmi yang meminta Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) untuk mengundurkan diri dalam waktu tiga hari. Jika ultimatum itu tidak dipenuhi, Syuriyah menegaskan siap mengambil langkah pemberhentian melalui jalur organisasi.

‎Dalam risalah tersebut, Syuriyah menyampaikan sejumlah alasan yang dianggap cukup kuat untuk memakzulkan Gus Yahya. Salah satu sorotan terbesar adalah kehadiran narasumber dalam program Akademi Kepemimpinan Nasional NU (AKN NU) yang dinilai memiliki keterkaitan dengan jejaring internasional yang dianggap kontroversial oleh sejumlah ulama. Syuriyah juga menuding adanya tindakan yang mencederai marwah organisasi serta indikasi tata kelola keuangan yang tidak sejalan dengan prinsip syar’i maupun ketentuan AD/ART NU.

‎Menanggapi isu tersebut, Gus Yahya menyatakan bahwa pertemuannya dengan salah satu anggota Syuriyah tidak membahas persoalan pemakzulan. Ia menegaskan, diskusi saat itu berfokus pada penelusuran sejarah perjalanan Kiai As’ad Syamsul Arifin, bukan dinamika kepemimpinan PBNU. Gus Yahya juga menilai proses pergantian kepengurusan seharusnya mengikuti mekanisme Muktamar, yang baru akan digelar pada 2026.

‎Di sisi lain, Sekretaris Jenderal PBNU Saifullah Yusuf (Gus Ipul) meminta seluruh warga NU tetap tenang dan tidak terjebak dalam informasi yang belum terverifikasi. Menurutnya, setiap dinamika internal akan diselesaikan melalui mekanisme resmi organisasi, di bawah kewenangan penuh Syuriyah.

‎Sementara itu, sejumlah pengurus cabang memilih bersikap hati-hati. PCNU Lamongan, misalnya, menyatakan tidak ingin bereaksi berlebihan dan memutuskan fokus pada konsolidasi internal sambil menunggu sikap resmi PBNU.

‎Situasi ini memperlihatkan adanya ketegangan serius antara dua unsur kepemimpinan NU: Syuriyah yang memegang otoritas keulamaan, dan Tanfidziyah yang menjalankan kebijakan organisasi. NU sendiri telah membentuk Majelis Tahkim sebagai wadah penyelesaian sengketa, yang kemungkinan akan menjadi rujukan jika polemik makin melebar.

‎Hingga kini belum ada keputusan final. Namun dinamika yang berlangsung menunjukkan bahwa PBNU tengah berada dalam salah satu fase paling sensitif dalam perjalanan organisasi, dengan potensi dampak yang luas terhadap struktur kepemimpinan dan konsolidasi internal ke depan. (*)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Profil | Redaksi | Pedoman Media Siber | Perlindungan Profesi Wartawan | Kode Etik Jurnalistik | Kebijakan Privasi