
robantv.co.idIPemalang–Di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota Pemalang, sosok Parikhin (85) menjadi potret keteguhan iman dan semangat hidup yang patut diteladani. Meskipun usianya sudah renta, kakek delapan anak dan belasan cucu ini tetap menjalankan ibadah puasa dengan penuh keikhlasan, meski harus mengayuh becak di bawah terik matahari demi mencari nafkah.
Pada Kamis (20/3), Parikhin ditemui saat sedang menunggu penumpang di halte Jalan Gatot Subroto, Pemalang Kota. Dengan senyum tulus di wajahnya yang dipenuhi keriput, ia menceritakan bahwa selama puluhan tahun dirinya tidak pernah absen berpuasa di bulan Ramadan, meskipun harus bekerja keras.
“Berpuasa itu urusan hati. Ketika sudah niat, maka kesulitan apa pun tak bisa menghalangi,” tutur Parikhin dengan penuh keyakinan.
Meski peluh bercucuran saat mengayuh becaknya yang setia menemaninya sejak puluhan tahun lalu, warga Kampung Jatimulya, Kelurahan Bojongbata, Kecamatan Pemalang Kota ini tetap menjalani hari-harinya dengan penuh ketegaran. Suara deritan pedal becak tua yang dikayuhnya seolah menjadi saksi perjalanan panjang hidupnya sebagai seorang penarik becak.
“Saya sudah lama narik becak, sejak tahun 1960-an, sebelum peristiwa G30S PKI, kira-kira sudah 50 tahun lebih, sejak zaman Presiden Soekarno,” kenangnya.
Dalam kesehariannya, penghasilan Parikhin tidak menentu. Setiap hari ia mangkal di Halte Jalan Gatot Subroto atau di sebelah utara Pasar Bojongbata, Pemalang Kota. Terkadang, ia hanya mendapatkan Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu per hari. Bahkan, ada hari-hari di mana ia harus pulang tanpa membawa uang sepeser pun karena sepinya penumpang.
“Saya buka puasa seadanya. Yang penting ada teh panas, makan tidak perlu banyak. Kadang anak-anak mengirim makanan, kalau tidak ada, saya beli di warung,” ujarnya dengan nada pasrah namun tetap bersyukur.
Bagi Parikhin, puasa bukanlah beban, melainkan ibadah yang sudah ia jalani sejak muda. Baginya, kunci utama dalam menjalankan puasa adalah niat yang kuat. Meskipun tubuhnya semakin renta dan tenaganya tak sekuat dulu, semangatnya dalam menjalankan ibadah puasa tetap membara.
Sosok Parikhin adalah cerminan keteguhan hati dan ketulusan iman. Di usianya yang senja, ia tetap istiqomah menjalankan ibadah meski harus berjuang mencari nafkah di jalanan. Kisahnya menjadi inspirasi bagi banyak orang, khususnya bagi umat Islam yang tengah menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan. Semangat dan ketabahannya menjadi bukti bahwa usia dan keadaan bukanlah penghalang untuk tetap beribadah dan bersyukur atas rezeki yang diberikan Tuhan.
Di tengah arus modernisasi yang semakin berkembang, nilai-nilai ketekunan dan ketabahan seperti yang dimiliki oleh Parikhin sepatutnya dijadikan teladan. Ramadan bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang bagaimana manusia tetap bersyukur dalam setiap keadaan, seperti yang telah diajarkan oleh sosok kakek penarik becak ini. (Ragil/ham)