Robantv.co.idIJakarta—Kebijakan Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, untuk membuka peluang serangga seperti belalang dan ulat sagu sebagai menu dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) menuai berbagai kritik dari netizen. Sejumlah pengguna media sosial, khususnya di platform X, melontarkan tanggapan negatif terkait ide tersebut.
Dadan Hindayana sebelumnya menyatakan bahwa serangga bisa menjadi sumber protein yang baik, terutama di daerah-daerah yang sudah terbiasa mengonsumsinya. Menurutnya, serangga seperti belalang dan ulat sagu dapat menjadi alternatif menu dalam program MBG, yang bertujuan menyediakan makanan bergizi bagi masyarakat dengan keterbatasan anggaran.
“Di beberapa daerah, ada yang suka makan serangga, seperti belalang atau ulat sagu, itu bisa jadi pilihan sumber protein,” kata Dadan saat ditemui di Jakarta Selatan pada Sabtu, 25 Januari 2025. Ia menambahkan bahwa setiap daerah memiliki potensi sumber daya lokal yang berbeda, dan itu yang memengaruhi komposisi menu dalam program MBG. Misalnya, di daerah yang banyak memproduksi telur atau ikan, makanan pokok yang diberikan bisa disesuaikan dengan kesukaan lokal.
Namun, kebijakan ini justru memicu protes dari berbagai kalangan di dunia maya. Sejumlah netizen di X menganggap ide tersebut kurang tepat dan tidak realistis. Salah seorang pengguna dengan akun @DidiOppo71 menanggapi, “Kalau kebijakan makan gratis tidak ada dana, batalkan saja. Masa siswa sekolah diberi makan serangga? Keluarga Bapak saja yang jadi kelinci percobaan.”
Sementara itu, akun @Ridwanhusa15 menulis, “Coba aja dulu makan serangga-nya biar di-live-kan agar jadi contoh untuk makan gizi gratis. Aneh.”
Tidak sedikit juga yang menilai ketidakadilan dalam kebijakan ini. Akun @dp_koesmi berkomentar, “Menjadi makanan gratis bergizi di daerah tersebut.
Jadi, karena pejabatnya bukan dari daerah tersebut, lauknya bukan serangga? Jangan gitu Pak. Membeda-bedakan jatah itu gak baik. Walaupun pejabat bukan dari daerah tersebut, layak Bapak ikut coba makan.”
Kritik juga datang terkait anggaran untuk program MBG. Banyak yang bertanya-tanya, “Dana untuk makan gizi gratis kemana saja, sampai-sampai serangga harus dijadikan pilihan?” demikian cuit akun @ArmanA76.
Meskipun demikian, Dadan Hindayana menegaskan bahwa Badan Gizi Nasional tidak menentukan menu nasional, melainkan lebih menekankan pada standar komposisi gizi yang disesuaikan dengan kebutuhan daerah. Ia juga menyatakan bahwa potensi lokal dan kebiasaan makan masyarakat setempat berperan besar dalam menentukan jenis makanan yang disarankan dalam program ini.
Meski demikian, respons negatif yang berkembang di media sosial menunjukkan bahwa kebijakan ini masih memerlukan klarifikasi lebih lanjut agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. (Happy)